Minggu, 04 Januari 2015


PENGERTIAN MASYARAKAT KOTA DAN MASYARAKAT DESA

 

Pengertian masyarakat kota

Masyarakat perkotaan sering disebut urban community. Pengertian masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat kehidupannya serta cirri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan.
Pengertian masyarakat perkotaan menurut para ahli :
1.         Wirth
Kota adalah suatu pemilihan yang cukup besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya. 

2.         Max Weber
Kota menurutnya, apabila penghuni setempatnya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya dipasar lokal

3.         Dwigth Sanderson
Kota ialah tempat yang berpenduduk sepuluh ribu orang atau lebih. Dari beberapa pendapat secara umum dapat dikatakan mempunyani ciri-ciri mendasar yang sama. Pengertian kota dapat dikenakan pada daerah atau lingkungan komunitas tertentu dengan tingkatan dalam struktur pemerintahan.

Pengertian masyarakat desa

1.      Sutardjo Kartodikusuma mengemukakan sebagai berikut:
Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan tersendiri.
2.      Menurut Bintaro,
Desa merupakan perwujudan atau kesatuan goegrafi ,sosial, ekonomi, politik dan kultur yang terdapat ditempat itu (suatu daerah), dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain.
3.      Sedang menurut Paul H. Landis
Desa adalah pendudunya kurang dari 2.500 jiwa.
Dengan ciri ciri sebagai berikut :
a)        Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa.
b)        Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan
c)        Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi alam seperti : iklim,   keadaan alam ,kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan.



Perbedaan dan ciri-ciri antara desa dan kota
Dalam masyarakat modern, sering dibedakan antara masyarakat pedesaan(rural community) dan masyarakat perkotaan (urban community). Menurut Soekanto (1994), per-bedaan tersebut sebenarnya tidak mempunyai hubungan dengan pengertian masyarakat sederhana, karena dalam masyarakat modern, betapa pun kecilnya suatu desa, pasti ada pengaruh-pengaruh dari kota. Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan, pada hakekatnya bersifat gradual.
Kita dapat membedakan antara masya-rakat desa dan masyarakat kota yang masing-masing punya karakteristik tersendiri. Masing-masing punya sistem yang mandiri, dengan fungsi-fungsi sosial, struktur serta proses-proses sosial yang sangat berbeda, bahkan kadang-kadang dikatakan “berlawanan” pula. Perbedaan ciri antara kedua sistem tersebut dapat diungkapkan secara singkat menurut Poplin (1972) sebagai berikut:
Masyarakat Pedesaan
1).Perilaku homogen
2).Perilaku yang dilandasi oleh konsep kekeluargaan dan kebersamaan
3).Perilaku yang berorientasi pada tradisi dan status .
4).Isolasi sosial, sehingga statik
5).Kesatuan dan keutuhan kultural
6).Banyak ritual dan nilai-nilai sakral
7). Kolektivisme
Masyarakat Kota:
1). Perilaku heterogen
2).Perilaku yang dilandasi oleh konsep pengandalan diri dan kelembagaan 3).Perilaku yang berorientasi pada rasionalitas dan fungsi
4).Mobilitassosial,sehingga dinamik
5).Kebauran dan diversifikasi kultural
6).Birokrasi fungsional dan nilai-nilaisekular 7).Individualisme
Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan (Soekanto, 1994). Selanjutnya Pudjiwati (1985), menjelaskan ciri-ciri relasi sosial yang ada di desa itu, adalah pertama-tama, hubungan kekerabatan. Sistem kekerabatan dan kelompok kekerabatan masih memegang peranan penting. Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian, walaupun terlihat adanya tukang kayu, tukang genteng dan bata, tukang membuat gula, akan tetapi inti pekerjaan penduduk adalah pertanian. Pekerjaan-pekerjaan di samping pertanian, hanya merupakan pekerjaan sambilan saja .
Golongan orang-orang tua pada masyarakat pedesaan umumnya memegang peranan penting. Orang akan selalu meminta nasihat kepada mereka apabila ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Nimpoeno (1992) menyatakan bahwa di daerah pedesaan kekuasaan-kekuasaan pada umumnya terpusat pada individu seorang kiyai, ajengan, lurah dan sebagainya.
Mengapa saat ini warga desa yang sebagian besar petani kini tak ingin lagi bekerja sebagai petani ?
Faktor penyebab yang paling berpengaruh yaitu kondisi perekonomian indonesia yang mulai memburuk mulai pada tahun 1997, krisis ekonomi itu jugalah yang membuat kondisi ketenaga kerjaan di indonesia ikut memburuk. Setelah terjadinya krisis moneter pada tahun 1997 dan 1998, perekonomian di indonesia tidak pernah mencapai angka pertumbuhan 7 atau delapan persen. Sehingga tujuan masyarakat mengalami transformasi mata pencaharian dari petani ke buruh pabrik adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi keluarga para petani yang relative kurang dari kecukupan.
Adanya perkembangan modernisasi juga mempengaruhi penyebab transformasi. Semakin luas pengetahuan masyarakat semakin lebar pula keinginan-keinginan untuk mencoba hal-hal baru yang lebih berteknologi. Dimana teknologi tersebut sudah mempengaruhi masyarakat untuk terjun dalam bidang indutri dan melalaikan pekerjaan petani.
Faktor lain adalah bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan semakin banyaknya penduduk sehingga banyak penduduk yang mencari pekerjaan. Dahulu mereka masih mau menjadi buruh tani tapi karena pengarih modernisasi, dengan dibangunnya pabrik-pabrik  yang memiliki teknologi baru. Mereka merasa bahwa menemukan penemuan atau hal-hal yang baru. Sehingga mereka tertarik akan bekerja sebagai buruh pabrik di kota-kota besar. Karena selain fasilitas memadai juga karena gaji yang memungkinkan untuk bisa meningkatkan taraf kemiskinan.
sumber :

PELAPISAN SOSIAL


Pelapisan sosial merupakan gejala alami yang dapat Anda jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Keberadaannya merupakan konsikuensi logis dari beberapa faktor yang selalau ada dalam kehidupan manusia, yaitu berkaitan dengan keturunan, pendidikan, pekerjaan, kekayaan, dan sebagainya. Dari faktor keturunan Anda mengetahui adanya golongan yang berpendidikan rendah, menengah, dan tinggi. Dari faktor pekerjaan Anda mengetahui adanya kelompok petani, pedagang, pemusik, pengamen, pemulung, dan sebagainya. Dari faktor kekayaan Anda mengetahui adanya golongan miskin, menengah, dan kaya.

Definisi sistematik antara lain dikemukakan oleh Pitirim A. Sorokin bahwa pelapisan sosial merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis). Perwujudannya adalah adanya lapisan-lapisan di dalam masyarakat, ada lapisan yang tinggi dan ada lapisan-lapisan di bawahnya. Setiap lapisan tersebut disebut strata sosial. P.J. Bouman menggunakan istilah tingkatan atau dalam bahasa belanda disebut stand, yaitu golongan manusia yang ditandai dengan suatu cara hidup dalam kesadaran akan beberapa hak istimewa tertentu dan menurut gengsi kemasyarakatan.

 Penyebab terjadinya pelapisan sosial yang sangat kentara di Indonesia adalah karena setiap masyarakat mempunyai sesuatu yang dihargai, dapat berupa kekayaan, kepandaian, kekuasaan/kewenangan dan kehormatan. Dengan memiliki hal hal tersebut mereka mempunyai kedudukan dan lapisan yang tinggi dan dapat dibilang mempermudah segalanya. Namun  bagi mereka yang hanya mempunyai sedikit atau bahkan tidak memiliki sama sekali hal hal tersebut, maka mereka mempunyai kedudukan dan lapisan yang rendah.

Beberapa yang menyebabkan terjadinya pelapisan sosial adalah sebagai berikut.
1.      Ukuran kekayaan. Seseorang yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut dapat dilihat melalui ukuran rumah, mobil pribadi, cara berpakaian, dsb.
2.      Ukuran kekuasaan. Seseorang yang memiliki wewenang terbesar menempati lapisan paling atas. Misalnya saja presiden, menteri, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, hingga ketua RT.
3.      Ukuran kehormatan. Orang yang paling disegani dan dihormati biasanya mendapatkan tempat paling tinggi. Ukuran ini banyak dijumpai pada pada masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa.
4.      Ukuran ilmu pengetahuan. Seseorang yang memiliki derajat pendidikan yang tinggi menempati posisi teratas dalam masyarakat. Misalnya, seorang sarjana lebih tinggi tingkatannya daripada seorang lulusan SMA. Akan tetapi, ukuran tersebut kadang menyebabkan terjadinya efek negatif karena ternyata bukan mutu ilmu pengetahuannya yang menjadi ukuran, melainkan ukuran gelar kesarjanaannya. Ukuran-ukuran diatas tidaklah bersifat limitatif.
Contoh pelapisan sosial di sekitar kita.
Salah satu contoh pelapisan sosial di sekitar kita yang begitu mencuri perhatian kita adalah sel tahanan / penjara bagi warga indonesia. Sel tahanan / penjara di indonesia ada yang di beda bedakan seperti sel tahanan / penjara untuk warga biasa dengan sel tahanan / penjara untuk orang yang memiliki kedudukan dan lapisan yang tinggi. Mereka yang memiliki kedudukan dan lapisan yang tinggi mendapatkan sel tahanan / penjara yang sangat mewah di bandingkan dengan seseorang yang tidak memiliki kedudukan / memiliki lapisan sosial yang rendah. Seperti sel tahanan / penjara yang di tinggal oleh salah satu koruptor artalyta suryani yang terjerat kasus suap, dia mendapatkan sel tahanan/ penjara yang sangat mewah.