Senin, 20 April 2015

Manusia dan Pemujaan

Manusia adalah mahkluk ciptaan tuhan yang paling sempurna dibandingkan mahkluk lainnya, manusia diberikan akal pikiran dan manusia memiliki jiwa sosial yang sangat tinggi. Manusia juga diciptakan dengan memiliki sifat rohani dan juga sifat jasmani, sifat rohani adalah manusia diciptakan dengan diberikan perasaan, sedengkan sifat jasmani manusia diciptakan dengan memiliki wujud fisik yang lengkap seperti tangan, kaki, panca indra dan lain-lain. Hal-hal tersebut lah yang membedakan manusia dengan mahkluk ciptaan tuhan yang lainnya.

Pemujaan adalah salah satu manifestasi cinta manusia kepada tuhannya yang diwujudkan dalam bentuk komunikasi ritual. Kecintaan manusia kepada tuhan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Setelah manusia dilahirkan manusia mulai mencari cara berkomunikasi dengan tuhannya. Dalam kehidupan manusia terdapat banyak sekali cara pemujaan sesuai dengan agama, kepercayaan, kondisi dan situasi. Dalam islam mengajak kan untuk melakukan pemujaan dengan shalat di masjid dan melakukan sunah sunah yang lain, dalam agama lain mengajarkan untuk sembahyang dipura, dicandi, di gereja bahkan di tempat-tempat yang dianggap kramat merupakan perwujudan dari pemujaan terhadap tuhannya.


Manusia dan Pemujaan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena manusia dan pemujaan saling berhubungan erat. Walaupun terdapat banyak sekali cara pemujaan tapi tujuan mereka sama yaitu mendekatkan diri dengan tuhannya dan pemujaan mereka adalah bentuk cinta kasih terhadap tuhannya. Manusia akan terus melakukan pemujaan kepada tuhannya sampai manusia tersebut meninggal dunia. Dengan hal ini manusia diharapkan dapat dekat dengan tuhannya, dapat menceritakan semua masalah dan keluh kesah mereka selama hidup didunia ini. 

Senin, 13 April 2015

Unsur cinta kasih menurut Dr. Sarlito W. Sarwono

Dikatakannya bahwa cinta memiliki 3 unsur yaitu keterikatan, keintiman, dan kemesraan. Yang dimaksud dengan keterikatan adalah adanya perasaan untuk hanya bersama dia, segala prioritas untuk dia, tidak mau pergi dengan orang lain kecuali dengan dia. Kalau janji dengan dia harus ditepati, ada uang sedikit beli oleh-oleh untuk dia. Unsur yang kedua adalah keintiman, yaitu adanya kebiasaan-kebiasaan dan tingkah laku yang menunjukkan bahwa antara anda dengan dia sudah tidak ada jarak lagi. Panggilan-panggilan formal seperti bapak, ibu, saudara digantikan dengan sekedar memanggil nama atau sebutan: sayang dan sebagainya. Makan minum dari satu piring-cangkir tanpa rasa risi, pinjam meminjam baju, saling memakai uang tanpa merasa berhutang, tidak saling menyimpan rahasia dan lain-lainnya. Unsur yang ketiga adalah kemesraan, yaitu adanya rasa ingin membelai atau dibelai, rasa kangen kalau jauh atau lama tidak bertemu, adanya ucapan-ucapan yang mengungkapkan rasa sayang, dan seterusnya.

Dr. Sarlito W. Sarwono mengatakan tidak semua unsur cinta itu sama kuatnya. Kadang-kadang ada keterkaitannya sangat kuat, tetapi kemesraan dan keintimannya kurang. Cinta seperti itu mengadung kesetiaan yang sangat kuat. Kecemburuannya kuat, tetapi dirasakan oleh pasangannya sebagai dingin atau hambar, karena tidak ada kehangatan yang ditimbulkan oleh kemesraan dan keintiman. Misalnya cinta sahabat karib atau saudara sekandung yang penuh keakraban, tetapi tidak ada gejolak-gejolak mesra dan orang yang bersangkutan masih lebih setia kepada hal-hal lain dari pada partnernya.

Cinta juga dapat diwarnai dengan unsur kemesraan yang sangat menggejolak, tapi unsur keintiman dan keterkaitannya kurang. Cinta yang seperti itu dinamakan cinta yang pincang, karena garis garis unsur cintanya tidak membuat segitiga sama sisi. Lebih berat lagi bila salah satu unsur cinta tidak ada, sehingga tidak membentuk segitiga, cinta yang demikian itu tidak sempurna, dan dapat disebut bukan cinta.

DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, W., &
Muchji A. (1996). Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Universitas Gunadarma



Minggu, 05 April 2015

Ilmu Budaya Dasar yang dihubungkan dengan prosa

Prosa dapat didefinisikan sebagai bentuk cerita yang mempunyai pemeran, peristiwa,  dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi. Prosa terbagi menjadi 2 jenis yaitu prosa lama (dongeng, hikayat, sejarah) dan prosa baru (cerpen, novel, biografi). Nilai-nilai yang dapat diperoleh pembaca yaitu dapat memberikan kesenangan, informasi, warisan budaya, dan keseimbangan wawasan.

Sebagai contoh adalah cerita rakyat tangkuban perahu yang menceritakan seorang wanita bernama Dayang Sumbi yang tinggal di gubuk dalam hutan bersama anjing setia bernama Tumang. Suatu hari Sumbi kehilangan barangnya dan mengatakan kepada siapa pun yang menemukan barangnya, jika dia laki laki akan dijadikan suaminya dan jika wanita akan di jadikan saudaranya. Ternyata yang menemukan barangnya adalah anjingnya yang setia yaitu Tumang. Akhirnya Sumbi menikah dengan Tumang yang tidak lain adalah anjingnya yang setia. Tumang adalah seorang manusia yang dikutuk oleh penyihir jahat menjadi seorang anjing.

Dayang Sumbi pun memiliki anak yang bernama Sangkuriang. Suatu saat Sangkuriang bersama Tumang pergi berburu kedalam hutan, tapi karena ketidaktaatan tumang, sangkuriang membunuhnya dan membawa dagingnya ke ibunya untuk dimasak. Setelah mengetahui bahwa yang dimasak adalah daging tumang, Sumbi mengusir sangkuriang dari rumahnya. Bertahun-tahun berlalu sangkuriang beranjak dewasa dan menjadi laki-laki yang tampan dan terampil berburu. Suatu hari sangkuriang bertemu dengan Sumbi tetapi dia tidak mengetahui bahwa sumbi adalah ibunya dan sangkuriang jatuh cinta kepada sumbi.

Sangkuriang akhirnya melamar sumbi, untuk menghindari pernikahan terlarang ibu dan anak, sumbi memintanya untuk membuat perahu dalam satu malam sebagai hadiah pernikahannya. Dengan bantuan dari makhluk gaib dari hutan, sangkuriang membangun danau dan perahu. Dayang Sumbi tahu tentang hal itu dan dia mengecoh sangkuriang sehingga pekerjaannya itu tidak selesai dikerjakan. Mengetahui hal ini, sangkuriang marah dan menendang perahunya hingga terbalik yang menjadi gunung Tangkuban Perahu di Jawa Barat.


Dari cerita tersebut kita mendapatkan kesenangan, informasi yang diberikan cerita tersebut adalah cerita tersebut berasal dari jawa barat tepatnya di gunung tangkuban perahu, warisan kebudayaan yang didapat adalah  cerita yang diturunkan secara turun temurun dan ternyata ada gunung yang seperti berbentuk perahu terbalik saat ini, keseimbangan wawasan yang di dapat adalah pada zaman dahulu terdapat perkawinan antara manusia dan hewan, ada juga manusia yang sangat kuat sehingga dapat menendang perahu hingga terbalik.